Di tepian sunyi, sebuah ruang hening antara langit dan bumi, berkumandanglah dialog abadi antara Elang yang perkasa dan Kenanga yang harum. Kidung ini adalah warisan kearifan leluhur yang disampaikan melalui bisik batu, desir angin, dan rintik hujan.
Kumpulan puisi ini adalah refleksi batin yang menyelami kesabaran, melawan Sadripu (enam musuh dalam diri), dialog dengan leluhur dan candi yang berbisik, serta merenungkan filsafat “nglurug tanpa bala” untuk akhirnya menemukan sebuah kebenaran tenang bahwa kedamaian jiwa adalah warisan sejati yang tertanam dalam setiap detak jantung bumi.
Sebuah mantra puitis bagi yang percaya bahwa jawaban atas segala kegelisahan justru ditemukan dalam keberanian untuk sepenuhnya hadir dalam keheningan, menyatu dengan alam, dan mendengarkan (elang).












Reviews
There are no reviews yet.