Buku “Tat Twam Asi: Senandung Cinta Kasih Universal” adalah sebuah antologi puisi yang menggali esensi moderasi beragama dari perspektif ajaran Hindu. Melalui 108 puisi yang ditulis oleh Ni Made Cahyani dan Atmajaningati, buku ini menyampaikan pesan bahwa perbedaan keyakinan, suku, dan budaya bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang menyatukan. Konsep-konsep kunci Hindu seperti Tat Twam Asi (Aku adalah Kamu), Tri Hita Karana, dan Vasudhaiva Kutumbakam (Dunia adalah Satu Keluarga) dihadirkan sebagai landasan filosofis untuk membangun toleransi dan harmoni.
Puisi-puisi dalam buku ini tidak hanya berbicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), tetapi juga menekankan pentingnya hubungan antar sesama manusia (Pawongan) dan dengan alam (Palemahan). Dengan bahasa yang puitis dan penuh makna, para penulis mengajak pembaca untuk melihat diri sendiri dalam diri orang lain, menjauhi kekerasan (Ahimsa), mengendalikan diri dari musuh dalam hati (Sad Ripu), serta mempraktikkan cinta kasih tanpa syarat (Prema) dan pengendalian pikiran, perkataan, dan perbuatan (Tri Kaya Parisudha).
Pada akhirnya, buku ini merupakan seruan dan inspirasi untuk merajut perdamaian di tengah keberagaman Indonesia. Karya sastra ini menjadi jembatan dialog antarumat beragama, menanamkan benih-benih kesadaran bahwa jalan tengah dan saling menghormati adalah kunci mewujudkan kehidupan berbangsa yang damai, rukun, dan sejahtera sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika (elang).
KUMPULAN PUISI MODERASI BERAGAMA TAT TWAM ASI Senandung Cinta Kasih Universal
Buku “Tat Twam Asi: Senandung Cinta Kasih Universal” adalah sebuah antologi puisi yang menggali esensi moderasi beragama dari perspektif ajaran Hindu. Melalui 108 puisi yang ditulis oleh Ni Made Cahyani dan Atmajaningati, buku ini menyampaikan pesan bahwa perbedaan keyakinan, suku, dan budaya bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang menyatukan. Konsep-konsep kunci Hindu seperti Tat Twam Asi (Aku adalah Kamu), Tri Hita Karana, dan Vasudhaiva Kutumbakam (Dunia adalah Satu Keluarga) dihadirkan sebagai landasan filosofis untuk membangun toleransi dan harmoni.
Puisi-puisi dalam buku ini tidak hanya berbicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), tetapi juga menekankan pentingnya hubungan antar sesama manusia (Pawongan) dan dengan alam (Palemahan). Dengan bahasa yang puitis dan penuh makna, para penulis mengajak pembaca untuk melihat diri sendiri dalam diri orang lain, menjauhi kekerasan (Ahimsa), mengendalikan diri dari musuh dalam hati (Sad Ripu), serta mempraktikkan cinta kasih tanpa syarat (Prema) dan pengendalian pikiran, perkataan, dan perbuatan (Tri Kaya Parisudha).
Pada akhirnya, buku ini merupakan seruan dan inspirasi untuk merajut perdamaian di tengah keberagaman Indonesia. Karya sastra ini menjadi jembatan dialog antarumat beragama, menanamkan benih-benih kesadaran bahwa jalan tengah dan saling menghormati adalah kunci mewujudkan kehidupan berbangsa yang damai, rukun, dan sejahtera sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika (elang).












Reviews
There are no reviews yet.