PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DAN INTEGRASI ILMU

Rp100.000 Harga aslinya adalah: Rp100.000.Rp90.000Harga saat ini adalah: Rp90.000.

Istilah pendidikan dalam Islam sering diungkapkan dalam bentuk altarbiyah, al-ta‟lim, al-ta‟dib dan al-riyadlah.Setiap term tersebut memiliki makna yang berbeda konteks kalimatnya, walaupun dalam hal-hal tertentu term term tersebut memiliki makna yang sama[1].  At tarbiyah mmemiliki makna mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan, memproduksi, dan menjinakkan. sedangkan kata al-ta‟lim merupakan bentuk atau bagian kecil dari altarbiyah al-aqliyah, yang bertujuan memperoleh ilmu pengetahuan dan keahlian berpikir, yang sifatnya mengacu pada dominan kognitif[2] Bentuk ketiga adalah al-ta‟dib. Kata ta”dib yang merupakan derivasi kata adaba merupakan bentuk masdar dari kata addaba yang berarti mendidik atau memberi adab. Kata ini dapat juga berarti do’a, hal ini karena do’a dapat membimbing manusia kepada sifat yang terpuji dan melarang kepada sifat yang tidak terpuji[3] sedang makna ar riyadloh berasal dari kata Ar-Riyadhu yang searti dengan kata AtTamrin yang mempunyai arti latihan atau melatih diri. Maksudnya adalah latihan rohani untuk menyucikan jiwa dengan memerangi keinginankeinginan jasad (badan). Proses yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan pembersihan atau pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah, kemudian menghiasi jiwanya dengan dzikir, ibadah, beramal soleh dan berakhlak mulia. Menyerahkan diri secara total kepada Allah Swt merupakan kunci sukses dari riyadhah, yaitu dengan menerima secara ikhlas apapun yang diberikan oleh Allah Swt[4]

Menutut Ismail, pemaparan konsep pendidikan Islam dalam pandangan Naquib al-Attas lebih cenderung menggunakan istilah ta’dib, daripada istilah-istilah lainnya. Pemilihan istilah ta‟dib, merupakan hasil analisa tersendiri bagi al-Attas dengan menganalisis dari sisi semantik dan kandungan yang disesuaikan dengan pesanpesan moralnya. Sekalipun istilah tarbiyah dan ta’lim telah mengakar dan mempopuler, ia menempatkan ta’dib sebagai sebuah konsep yang dianggap lebih sesuai dengan konsep pendidikan Islam[5]. Bertolak dari sini al attas kurang setuju kalau konsep Pendidikan memakai konsep tarbiyah. Syed Muhammad Naquib al-Attas berpendapat bahwa istilah tarbiyah bukanlah istilah yang tepat dan bukan pula istilah yang benar untuk memaksudkan pendidikan dalam pengertian Islam. Menurutnya, istilah tarbiyah tidak dapat mencakup seluruh aspek penting Pendidikan.[6].

Secara lebih spesipik, konsep intregrasi ilmu menurut al atas  ada pada dua aspek yakni kurikulum dan metode, dalam kurikulum ilmu diajarkan dalam dua konsep yakni kewajiban secara individu dan kewajiban secara kolektif. Adapun dalam konsep metode antara metode yang digunakan oleh al-Attas dalam pendidikan Islam adalah metode tauhid, metode metafora, dan cerita[7]

Kategori:
Author: Muslimin

Istilah pendidikan dalam Islam sering diungkapkan dalam bentuk altarbiyah, al-ta‟lim, al-ta‟dib dan al-riyadlah.Setiap term tersebut memiliki makna yang berbeda konteks kalimatnya, walaupun dalam hal-hal tertentu term term tersebut memiliki makna yang sama[1].  At tarbiyah mmemiliki makna mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan, memproduksi, dan menjinakkan. sedangkan kata al-ta‟lim merupakan bentuk atau bagian kecil dari altarbiyah al-aqliyah, yang bertujuan memperoleh ilmu pengetahuan dan keahlian berpikir, yang sifatnya mengacu pada dominan kognitif[2] Bentuk ketiga adalah al-ta‟dib. Kata ta”dib yang merupakan derivasi kata adaba merupakan bentuk masdar dari kata addaba yang berarti mendidik atau memberi adab. Kata ini dapat juga berarti do’a, hal ini karena do’a dapat membimbing manusia kepada sifat yang terpuji dan melarang kepada sifat yang tidak terpuji[3] sedang makna ar riyadloh berasal dari kata Ar-Riyadhu yang searti dengan kata AtTamrin yang mempunyai arti latihan atau melatih diri. Maksudnya adalah latihan rohani untuk menyucikan jiwa dengan memerangi keinginankeinginan jasad (badan). Proses yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan pembersihan atau pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah, kemudian menghiasi jiwanya dengan dzikir, ibadah, beramal soleh dan berakhlak mulia. Menyerahkan diri secara total kepada Allah Swt merupakan kunci sukses dari riyadhah, yaitu dengan menerima secara ikhlas apapun yang diberikan oleh Allah Swt[4]

Menutut Ismail, pemaparan konsep pendidikan Islam dalam pandangan Naquib al-Attas lebih cenderung menggunakan istilah ta’dib, daripada istilah-istilah lainnya. Pemilihan istilah ta‟dib, merupakan hasil analisa tersendiri bagi al-Attas dengan menganalisis dari sisi semantik dan kandungan yang disesuaikan dengan pesanpesan moralnya. Sekalipun istilah tarbiyah dan ta’lim telah mengakar dan mempopuler, ia menempatkan ta’dib sebagai sebuah konsep yang dianggap lebih sesuai dengan konsep pendidikan Islam[5]. Bertolak dari sini al attas kurang setuju kalau konsep Pendidikan memakai konsep tarbiyah. Syed Muhammad Naquib al-Attas berpendapat bahwa istilah tarbiyah bukanlah istilah yang tepat dan bukan pula istilah yang benar untuk memaksudkan pendidikan dalam pengertian Islam. Menurutnya, istilah tarbiyah tidak dapat mencakup seluruh aspek penting Pendidikan.[6].

Secara lebih spesipik, konsep intregrasi ilmu menurut al atas  ada pada dua aspek yakni kurikulum dan metode, dalam kurikulum ilmu diajarkan dalam dua konsep yakni kewajiban secara individu dan kewajiban secara kolektif. Adapun dalam konsep metode antara metode yang digunakan oleh al-Attas dalam pendidikan Islam adalah metode tauhid, metode metafora, dan cerita[7]

Berat 0,5 kg
Dimensi 21 × 0,5 × 29 cm

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DAN INTEGRASI ILMU”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *