Syed Muhammad Naquib Al-Attas menilai persoalan asasi yang umat Islam, masa modern dan pascamodern, hadapi yaitu persoalan ilmu pengetahuan yang disebutnya sebagai loss of adab. Persoalan ilmu yang dimaksudkan Al-Attas bukan berarti ketidaktahuan (jahil), tapi ilmu itu telah dikelirukan maknanya oleh peradaban Barat sehingga kehilangan tujuannya yang hakiki yaitu melahirkan manusia paripurna (insan kamil) berubah menjadi manusia yang sekuler.
Ilmu oleh peradaban Barat telah menjadi sesuatu yang problematik. Di mana mereka telah mencampuradukkan makna ilmu dengan pandangan-pandangan yang sebenarnya tidak dapat disebut sebagai ilmu. Peradaban Barat telah memasukkan makna dugaan (zhan), perspektif pribadi (hawa), dan mengaburkan kebenaran (mira’) dalam kerangka ‘ilm. Pencampuradukan makna inilah yang telah mengaburkan makna ilmu yang sebenarnya. Ilmu yang telah kabur maknanya adalah kandungan pendidikan (worldview), bukan dari segi metode dan kurikulum.
Berangkat dari pemikiran bahwa persoalan umat Islam adalah problem ilmu pengetahuan, maka solusi dari permasalahan tersebut diselesaikan melalui pendidikan, bukan politik, ekonomi, sosial-budaya, teknologi, dan lainnya –di mana Al-Attas melihatnya sebagai persoalan eksternal dan bukan masalah internal. Problematika internal lebih didahulukan untuk diselesaikan dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat eksternal. Sebab menghadapi musuh dari dalam lebih berat dibandingkan dengan mengatasi musuh yang datang dari luar.
TEO-PROGRESIF PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS
Syed Muhammad Naquib Al-Attas menilai persoalan asasi yang umat Islam, masa modern dan pascamodern, hadapi yaitu persoalan ilmu pengetahuan yang disebutnya sebagai loss of adab. Persoalan ilmu yang dimaksudkan Al-Attas bukan berarti ketidaktahuan (jahil), tapi ilmu itu telah dikelirukan maknanya oleh peradaban Barat sehingga kehilangan tujuannya yang hakiki yaitu melahirkan manusia paripurna (insan kamil) berubah menjadi manusia yang sekuler.
Ilmu oleh peradaban Barat telah menjadi sesuatu yang problematik. Di mana mereka telah mencampuradukkan makna ilmu dengan pandangan-pandangan yang sebenarnya tidak dapat disebut sebagai ilmu. Peradaban Barat telah memasukkan makna dugaan (zhan), perspektif pribadi (hawa), dan mengaburkan kebenaran (mira’) dalam kerangka ‘ilm. Pencampuradukan makna inilah yang telah mengaburkan makna ilmu yang sebenarnya. Ilmu yang telah kabur maknanya adalah kandungan pendidikan (worldview), bukan dari segi metode dan kurikulum.
Berangkat dari pemikiran bahwa persoalan umat Islam adalah problem ilmu pengetahuan, maka solusi dari permasalahan tersebut diselesaikan melalui pendidikan, bukan politik, ekonomi, sosial-budaya, teknologi, dan lainnya –di mana Al-Attas melihatnya sebagai persoalan eksternal dan bukan masalah internal. Problematika internal lebih didahulukan untuk diselesaikan dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat eksternal. Sebab menghadapi musuh dari dalam lebih berat dibandingkan dengan mengatasi musuh yang datang dari luar.
Berat | 02 kg |
---|---|
Dimensi | 148 × 05 × 21 cm |
Reviews
There are no reviews yet.